Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, setiap yang datang pasti akan pergi. Pun dengan rasa, tak akan bisa dipaksa untuk menerka. Apalagi dipaksa mencinta pada hati yang jelas-jelas tidak bisa menjaga.
Bagimu ini mungkin hal biasa. Tapi bagiku rasa ini adalah sebagian dari umpama, yang takkan pernah bisa disatukan dengan semesta. Itulah rasa, kita tak pernah tau akan datang dan perginya.
Pada akhirnya, saat yang tak kuinginkan itu datang. Dimana semua rasa tentangmu telah hilang. Meski tak ada lagi tanganmu untuk menarikku berdiri, mau tidak mau aku harus bangkit sendiri. Berpura-pura seperti semua ini tidak pernah terjadi. Mencari kekuatan dari dalam diri karena kini semua rasa untukmu telah benar-benar mati. Sadar atau tidak, selama ini kau sudah mengabaikanku dan anggap ku tak ada. Kau anggap ketulusanku ini tak nyata. Padahal kau juga tahu bahwa perasaanku bisa berhenti kapan saja.
Ini adalah akhir cerita dari sebuah rasa yang ku punya. Rasa ini terlalu cepat untuk menghilang dan tersingkir. Aku tak tahu apakah ini bagian dari sebuah takdir, atau mungkin ini sebuah kenyataan atas semua kenangan yang dulu kita ukir?
Hari demi hari telah ku lewati. Mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tentang rasa yang tak lagi sama, tentang rasa yang tak pernah bersua dan tentang rasa yang tak lagi ada.
Biarlah rasa itu hilang dan tak akan sepenuhnya kembali utuh. Sesuatu di sudut hatiku masih terasa rapuh. Biarlah rasa itu pergi dan takkan pernah kembali. Karena percuma, kalau pun rasa itu datang kembali, aku akan menahan diri untuk tidak memberikan padamu lagi.
Akan ada saatnya, aku berhenti mempertahankan dan melepaskannya.
Akan ada saatnya, kamu hanya menjadi cerita di waktu-waktu yang telah berlalu.
Karena kamu takkan selamanya berharga.
Karena aku takkan selamanya mencinta.
Cilegon, 21 Bulan Kesebelas, 2018.

3 komentar:
Terusin pokoknya ditunggu smpe jadi novell okay
Ah siap deh, doakan aja ya..
Aaaaa dalem banget ��
Post a Comment