[8:31
PM, 07/04/2019] Nayyera Noor:
Tentang
rindu yang terpendam, kau tahu?
Yang
sering kali tak terungkap, justru kian terperangkap. Tak terlaksana, tapi
selalu menggebu dalam dada. Atau bahkan tak jua menghasilkan temu, karena
semesta pun enggan beripihak padamu.
Pada
akhirnya aku memilih bungkam dalam dendam. Dendamku yang ternyata rinduku. Yang
jika itu sebuah dosa, maka kau harus tahu sudah berapa banyak dosa yang telah
kutanggung. Aku tak ingin menangisi dirimu, hanya saja aku rindu kenangan itu.
tak habis pikirku jika semua telah berlalu.
Kisah
kita bukanlah kisah raja dan ratu, melainkan kisah tentang aku yang merindu. Kisahku
ini juga bukanlah kisah legenda, melainkan hanya sepenggal kisah rindu di atas
luka.
Melihat
bagaimana kini waktu berlalu, mengikis kenangan yang justru mengharuskan aku
hidup dalam belenggu “rindu”.
[8:52 PM, 07/04/2019] Gilang Raksa:
Perjalanan mencari dan menemukan selalu saja
menjadi yang paling kusangkal. Sebab aku hanya ingin berlayar, lantas
ditemukan. Semata hanya aku bosan dengan penantian yang tak pernah ada
kepastian. Sama dengan rindu; kata yang sering kauucap lalu menghantui setiap
sela-sela fikiranku, tapi tak kunjung kau menemukan titik dimana harus
menamatkannya. dengan menatap singgasana hati, ketika dengan yakinnya
mengulurkan harapan dan menemukanku, satu-satu
hal yang memastikan rindu itu terselamatkan adalah tatapan matamu; mata
kita.
Jangan pernah kaupaksakan hati yang tak ingin
menetap, percuma saja kalau memaksa membuat mata semakin sembab. Kau tahu? Hal yang
paling sulit kubayangkan adalah kau kembali pada genggaman tanganku. Namun,
waktu telah membenciku; setelah semua yang kupersiapkan telah terhenti dan tak
lagi menemukan jalan. waktu tak mengizinkanku bahkan sekadar berbisik di satu
waktu, akan kukatakan bahwa aku mencintaimu.
[9:27
PM, 07/04/2019] Nayyera Noor:
Lalu
kemana rinduku akan berlabuh, jika tertahan luka yang belum sembuh. Kembali padamu
pun sudah tak mungkin lagi, karena katamu semua tak berarti.
Tertinggal
kata yang belum sempat terucap, selain kata rindu dibalik sendu. Ternyata kata “maaf”
kini yang terucap atas segala dendamku.
Ketika
senyum tak lagi meluluhkan hati, justru hanya jadi pengingat kenangan inti. Ketika
tawamu tak lagi terdengar, sisalah rindu yang semakin membesar.
[8:52 PM, 07/04/2019] Gilang Raksa:
Mungkin kamu harus merasakan bagaimana
mencintai sendirian, bagaimana hebatnya bertahan dalam ketidakjelasan,
bagaimana kamu digantungkan oleh hati yang tak pernah memberi kepastian—perihal
arus balik dalam mencintai dan dicintai.
Lupakan saja hari esok, lalu bertahanlah pada
kenyataan dihari kemarin. Dengan begitu kau akan terjebak di antara; mati
ditikam kebodohanmu sendiri.
Kau harus tahu, bukan hal mudah untuk
menerjemahkan luka yang telah menoreh begitu lama. Luka yang kusangsikan
keberadaannya; begitu percaya bahwa waktu akan mempersatukan kita lagi. Luka itu
begitu lama basah, tanpa ada obat yang mampu meredakan sejenak. Sudah sejak
lama rasa ini menghunus lubuk hati—tentang hal yang memberikan luka yang nyata
dalam diri. Meranggas pada setiap pohon-pohon harapan berisikan keinginan untuk
kembali bersamamu. memang sudah takdirnya; tak bisa dilanjutkan kembali. Biarkan
semua terhenti lalu karam, bahwa cerita kita sudah selesai pada satu malam.
sebuah retorika kepergian.
- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact