Wednesday, November 21, 2018 3 komentar

Rasa Yang Hilang

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, setiap yang datang pasti akan pergi. Pun dengan rasa, tak akan bisa dipaksa untuk menerka. Apalagi dipaksa mencinta pada hati yang jelas-jelas tidak bisa menjaga.

Bagimu ini mungkin hal biasa. Tapi bagiku rasa ini adalah sebagian dari umpama, yang takkan pernah bisa disatukan dengan semesta. Itulah rasa, kita tak pernah tau akan datang dan perginya.

Pada akhirnya, saat yang tak kuinginkan itu datang. Dimana semua rasa tentangmu telah hilang. Meski tak ada lagi tanganmu untuk menarikku berdiri, mau tidak mau aku harus bangkit sendiri. Berpura-pura seperti semua ini tidak pernah terjadi. Mencari kekuatan dari dalam diri karena kini semua rasa untukmu telah benar-benar mati. Sadar atau tidak, selama ini kau sudah mengabaikanku dan anggap ku tak ada. Kau anggap ketulusanku ini tak nyata. Padahal kau juga tahu bahwa perasaanku bisa berhenti kapan saja.

Ini adalah akhir cerita dari sebuah rasa yang ku punya. Rasa ini terlalu cepat untuk menghilang dan tersingkir. Aku tak tahu apakah ini bagian dari sebuah takdir, atau mungkin ini sebuah kenyataan atas semua kenangan yang dulu kita ukir?

Hari demi hari telah ku lewati. Mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tentang rasa yang tak lagi sama, tentang rasa yang tak pernah bersua dan tentang rasa yang tak lagi ada.

Biarlah rasa itu hilang dan tak akan sepenuhnya kembali utuh. Sesuatu di sudut hatiku masih terasa rapuh. Biarlah rasa itu pergi dan takkan pernah kembali. Karena percuma, kalau pun rasa itu datang kembali, aku akan menahan diri untuk tidak memberikan padamu lagi.

Akan ada saatnya, aku berhenti mempertahankan dan melepaskannya.
Akan ada saatnya, kamu hanya menjadi cerita di waktu-waktu yang telah berlalu.

Karena kamu takkan selamanya berharga.
Karena aku takkan selamanya mencinta.

Cilegon, 21 Bulan Kesebelas, 2018.

Monday, November 19, 2018 3 komentar

Merelakan Kepergian

Semua yang di takdirkan Tuhan untuk datang perlahan akan merangkak untuk pergi. Perkara sebuah takdir, kita tidak akan mengetahui apalagi mengubahnya. Biarlah takdir melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan. Kita hanya bisa menerima dengan lapang dada dan penuh kesabaran.

Tapi, perihal kepergianmu apakah sesuatu yang ditakdirkan? Bukankah dari awal kita bersama jalani tanpa alasan?

Entahlah, mungkin pertemuan kita bukan untuk saling membahagiakan, melainkan hanya sebuah perkenalan yang pada akhirnya bermuara pada ketidakjelasan. Aku ingin benar-benar ingin terbebas dari semua ini, melupakan semua kenangan yang kita ukir dan membiarkan kenangan itu habis ditelan waktu lalu tersingkir.

Tak adakah sebaris alasan untuk kita bersatu dan menulis bersama seperti waktu itu?
Entahlah, keputusanmu untuk pergi memang sudah menjadi pilihan. Tentang kembali nya kau padaku, mungkin hanya angan yang tak tersampaikan.

Biarkan kepergianmu ini menjadi jawaban atas apa yang tercurah sudah. Tentang dua hati satu janji, yang berakhir pada pernah, bermuara pada kisah.
Biarkan diam ini menjadi ungkapan rasa yang tak lagi bisa di wakilkan kata. Tentang hal yang lebih besar dari benci, tapi pada saat yang sama juga gugup mencintai.

Selamat tinggal, Cinta.
Berbahagialah tanpa harus takut dengan air mata. Sesekali kau perlu tahu, bagaimana perihnya sayatan pertama.

Sampai jumpa di lain hari.
Sampai jumpa di lain arti.

Thursday, November 15, 2018 0 komentar

Kita

Kita bersama, berjanji untuk tak saling menghilang dan meninggalkan satu sama lain. Hidup memang tak sempurna, tapi kau menyempurnakanku. Hidup memang tak selalu bahagia, tapi kau membahagiakanku.


Saat kita berjanji untuk setia dan terus bersama, mau tak mau kita harus terus bersama. walau tak semua hal harus kita jalani berdua.


Aku diajarkan untuk setia dan bertahan dengan pilihanku apapun keadaanya. Susah ataupun senang, aku harus selalu ada. Dengan beban ataupun tanpa beban, dengan masalah ataupun tanpa masalah, aku harus tegar berdiri disana. Menjalani komitmen memang tak sederhana, karena itu aku mengajak kamu melakukan ini bersama. Melawan hal yang buruk didepan mata, saling mendukung, percaya, menjaga dan menerima.


Sulit memang harus terpaku pada satu nama. Sulit untuk selalu melihat dan berdiskusi pada orang yang sama dengan waktu yang lama. Apalagi untuk terus mencari cara untuk merasa tak pernah beda. Tapi satu hal yang membuatku bertahan adalah kita ini manusia yang harus tetap belajar menerima hingga waktu "pulang" tiba.
Kita belajar menerima menyambut seluruh kekurangan yang ada. Seperti kita belajar untuk mensyukuri kelebihan sebagai alasan untuk menetap lebih lama, bersama selamanya.
Kita akan selalu belajar memperbaiki kualitas diri yang ada pada diri kita, terutama hal yang membuat kejenuhan pada diri satu sama lain dan belajar memperbaiki kualitas hati untuk hubungan antar dua manusia.


Bersamamu, menciptakan sebuah perjanjian untuk saling bertahan bukanlah hal yang terlalu sukar untuk dilepaskan. Sebab, rasa jenuh pasti akan menyelinap masuk membuat sesuatu yang kita bangun menjadi acuh.
Bersamamu semua hal terasa menyenangkan, pun dengan hidupku.
Sekalipun kita adalah dua pribadi yang mudah sekali merasa bosan, kita tak pernah berfikir semua telah berakhir hanya karena hubungan kita mulai tak semanis awal pendekatan.


Saat aku bertanya "bagaimana akhirnya aku bertemu dan jatuh cinta denganmu?" Pada saat itu aku tahu jawabannya cuma satu. Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan semata, cerita kita mungkin sudah tertulis dan tercipta. Punya banyak makna didalamnya, membuat setiap insan yang tahu akan merasa ingin mempunyai cerita yang sama. Semua tentang kita terangkai dengan manis dengan segala tawa dan air matanya yang ikut serta. Bahkan jauh sebelum kita dikeluarkan dalam rahim bunda.


Takdir memang membawa kita kepada hal-hal yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kita tak pernah tau masa depan itu bentuknya bagaimana. Dimana akhirnya harapan-harapan kita berdua akan bermuara. Berpisah atau terus bersama hingga tua, ditinggal pergi atau ditinggal mati, kau kan pergi atau tetap disini, kita tak pernah tahu halaman terakhir cerita kita seperti apa.


Selama aku denganmu, aku takkan mencoba untuk lari. Aku kan tetap bertahan hingga raga ini tak sanggup lagi menahan. Aku akan seperti itu, seperti saat kita setuju untuk saling menaruh hati.
Kita telah menghadapi berbagai masalah sejauh ini. Dan untuk semua masalah di masa depan yang akan kita temui, kuharap kita masih mau untuk senantiasa mengisi, ruas-ruas jari.
Kuharap, cerita kita tak bergantung ditengah episode, seperti halaman terakhir pada sebuah buku. Semoga cerita ini selalu menyenangkan untuk dikenang dan diceritakan kembali. Nanti, saat kita sudah terikat sempurna dan memutuskan untuk menua bersama tinggal ajal tiba.





Cilegon - November 2018
Saturday, November 10, 2018 0 komentar

Tentangmu

Malam ini aku berniat untuk menulis tanpa mengingat kamu. Menulis hal-hal terindah yang dimilikimu. Tapi aku gagal. Aksara-aksara itu masih tentang kamu. Tercipta dan terangkai indah untuk mengekalkanmu.

Aku mau kamu terus ada, bahkan saat kelak hal-hal manis tentangmu telah kulupa.
Aku mau tujuh miliar pasang mata itu melihat, bahwa di depanku ada seseorang yang pantas dicintai dengan sangat.
Aku mau seisi dunia setuju denganku, bahwa takdir harus menyandingkan aku denganmu.

Kamu menggenggam apa yang telah lama aku cari-cari.
Kamu memiliki apa yang sejak dulu ingin aku temui.
Di dalam tubuhmu ada hati yang ingin sekali aku curi.
Di dalam dirimu, ada sebuah celah kecil yang ingin aku isi.

Tunggu aku datang. Tunggu hingga yang kupunya bukan hanya rasa sayang.
Tunggu saat aku telah bersungguh-sungguh. Saat aku bertekad untuk menjaga cintamu agar tak sampai luruh.
Tunggu hingga aku bisa membuat hatimu yang dingin itu tersentuh, lalu kamu paham bahwa kamu terlalu mengagumkan untuk hanya kupandangi dari jauh.

Meski pada kenyataannya, memandangimu memang cara membunuh waktu termanis yang pernah kutahu.
Meski pada akhirnya, menemukanmu di sudut pandanganku adalah usaha paling indah untuk menggembirakan harapan-harapanku.
Sunday, November 04, 2018 0 komentar

Perubahan

Selama ini apa aku pernah memintamu untuk tetap tinggal denganku? Apa aku pernah memintamu untuk selalu pulang padaku kemanapun pergimu? Apa aku pernah menuntut perasaan yang hebat yang sama denganku? Apa aku pernah memaksamu menghiburku, menghapus air mataku ketika penyebab semua itu adalah kamu?
Aku selalu merelakan kepergianmu, aku selalu menunggumu dibalik rindu dengan pintu-pintu yang tidak pernah kamu buka dengan tanganmu. Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan; mencintaimu semauku. Tapi nyatanya kamu malah juga melakukan apa yang ingin kamu lakukan; membahagiakan dirimu sendiri, dengan atau tanpaku.

Tanpa penjelasan apapun, kamu datang dan pergi seperti itu, tak memperdulikan apapun kecuali kamu dan hatimu. Hingga kamu tak menyadarinya, bahwa ada yang lebih menyukaimu daripada dirinya sendiri. Bahwa ada yang menyampingkan egonya untuk egomu. Jika kamu berniat untuk berubah menjadi seperti ini, katakan saja. Katakan agar aku tidak semakin menjadi seperti orang gila. Agar aku bisa meluruskan perasaanku sendiri. Agar tak banyak lagi orang yang salah paham dengan semua tulisanku.

“Kamu ngejar-ngejar dia ya?”
“Dia gak suka ya sama kamu?”

Aku tidak pernah menyalahkan kamu ketika kamu ingin terus sendiri. Aku tidak keberatan bahwa kita hanya menjadi teman. Karena dulu kamu terlihat seperti bisa menjanjikan banyak kebahagiaan untukku terlepas dari apapun status di tengah kita.
Aku pernah menulis “Lebih baik berteman tapi saling peduli dan memperhatikan, daripada menjalin hubungan tapi saling curiga dan mengabaikan”, dulu tulisan itu sempat menjadi bunga dalam pertemanan kita yang aku bangga-banggakan itu. Kamu tidak tau bukan? Bagaimana irinya mereka karena kita terlihat sangat bahagia meski hanya menjadi teman? Jelas kamu tidak tau, kamu tidak pernah peduli dengan semua itu. Semua hal yang aku besar-besarkan adalah omong kosong. Dulu seperti itu, sekarang? Sekarang bahkan ketika aku tidak punya lagi hal untuk kubanggakan di depan mereka, kamu masih saja menjadi seseorang yang dingin, yang tidak peduli dengan hal-hal indah meski itu kecil. Karena kamu terus berlari, karena kamu tidak pernah berjalan untuk menikmati sebuah genggaman tangan. Karena itu aku selalu menghabiskan rinduku sendiri. Aku yang berjuang agar terus terlihat bahagia, agar pertemanan kita masih terlihat hangat seperti yang sejak dulu mereka inginkan.

Pun aku tak pernah memaksamu untuk membaca semua tulisan ini. Semua masih terserah kamu, apapun yang akan kamu lakukan di masa depan masih akan menjadi benar dimataku. Karena aku sudah memilih ini dari awal. Aku memilih bertahan dengan apapun yang kamu berikan. Aku akan tetap pada pilihanku, hingga kita sampai pada titiknya. Jangan lakukan apapun, jangan berjanji dan memberiku hal-hal manis, aku akan mencarinya sendiri dari dirimu. Kamu tidak perlu berusaha membuat cerita, aku telah menuliskan beberapa, yang ku tau itu akan kukenang sendiri nanti.

Aku tak berencana untuk meminta maaf ketika kamu bilang ini semua berlebihan. Karena kamu tidak berhak menentukan apa yang pantas atau tidak pantas kulakukan.
Biar aku melakukan apapun semauku. Aku tidak akan membatasi apapun darimu, teman.
 
;